Politik

Bale Maung

Bale Dewan

Hukum

Ekbis

Bale Jabar

Peristiwa

Galeri

Olahraga

Opini

Nusantara

Dunia

Keamanan

Pendidikan

Kesehatan

Gaya Hidup

Otomotif

Indeks

Algoritma Sistem KPU Diduga Menangkan Salah Satu Paslon Terdetksi Tim IT AMIN

Laporan: Raja Media Network
Jumat, 16 Februari 2024 | 21:31 WIB
Anggota Tim Dewan Pakar Timnas Anies-Muhaimin, Bambang Widjojanto (BW). (Foto: Repro)
Anggota Tim Dewan Pakar Timnas Anies-Muhaimin, Bambang Widjojanto (BW). (Foto: Repro)

RMJABAR.COM - Pemilu, Jakarta - Data algoritma di sistem Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah diatur untuk memenangkan salah satu pasangan calon (Paslon) Capres dan Cawapres terdeteksi Tim IT Capres dan Cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar \(AMIN).

Temuan tersebut berdasarkan analisis kajian IT forensik Tim Pemenangan Nasional (Timnas) Anies-Muhaimin.

"Berdasarkan analisis kajian forensik terhadap server KPU, kami menduga ada logaritma sistem yang sudah di-setting untuk pemenangan paslon tertentu," ujar Anggota Tim Dewan Pakar Timnas Anies-Muhaimin, Bambang Widjojanto (BW), di Rumah Koalisi Perubahan, Jalan Brawijaya X Nomor 46, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (16/2).

"Jadi kalau ada revisi di 1 TPS, ini dia akan mengubah TPS yang lain. Ini bukan sekadar angka yang dicatat, tapi sistem itu yang membangun setting-nya," sambungnya.

Menurut Bambang, sistem itu sudah diatur meningkatkan perolehan suara secara otomatis di atas 50 persen. Indikasi kuat ke arah itu, kata dia, dikonfirmasi dengan ditemukannya kecurangan-kecurangan yang terjadi di wilayah tertentu.
 
Bambang kemudian mencontohkan soal dugaan mark up perolehan suara. Pada formulir C1 yang didokumentasikan pada salah satu TPS di DKI Jakarta, perolehan suara Anies-Muhaimin sebesar 108, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebesar 74, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD sebesar 16 suara.

Tetapi, kata Bambang, saat konversi data ke Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap), jumlah suara Prabowo-Gibran menjadi 748 suara.

"Ini betul-betul bukan sekadar salah menulis. Karena mestinya IT atau artificial intelligence yang ada dalam sistem IT KPU itu dia bisa membaca. Ini kalau sistemnya memang tidak dibangun dengan rekayasa tertentu, sulit itu," demikian Bambang Widjojanto.rajamedia

Komentar: